Majaz Mursal

Majaz mursal adalah istilah dalam bahasa arab yang digunakan untuk meletakkan suatu kata bukan pada tempatnya (makna aslinya) dengan adanya sebuah qorinah (kata pengikat) yang menafikan makna aslinya.

Misalnya kata singa, jika kita gunakan dalam kalimat “singa itu memakan rusa” maka penggunaan kata singa di atas menunjukan makna hakiki yaitu hewan buas bukan bermakna majas.

Namun jika kita gunakan singa pada kalimat “saya mendengar singa sedang berkhutbah” maka makna singa di sini adalah seseorang yang berhutbah dengan penuh semangat, dengan istilah lain singa podium. Singa yang dimaksud di sini bukanlah singa yang asli (hewan buas), namun singa yang bermakna majas yang diketahui dari qorinahnya yaitu kata “berkhutbah”.

Dalam majaz mursal, dikenal bermacam-macam ‘alaqah (sesuatu yang menjadi penghubung ) namun pada pembahasan kali ini dicukupkan dengan delapan ‘alaqah saja, yaitu al-kulliyah, al-juz’iyah, al-haliyah, al-mahalliyah, I’tibar ma kana, I’tibar ma sayakun, as-sababiyah dan al-musabbabiyah.

1- Al-kulliyah (الكلية), adalah menyebutkan secara keseluruhan dan faktanya hanya sebagian. Misalnya kalimat “saya minum air zam-zam ketika di Makkah” adalah kalimat dengan majaz mursal ‘alaqatuhu al-kulliyah, karena menyebutkan keseluruhan (air zam-zam) namun faktanya hanya sebagian. Karena kita hanya mampu meminum sebagian dari air zam-zam dan bukan air zam-zam secara mutlak dan keseluruhan.

2- Al-juz’iyah (الجزئية) , adalah kebalikan dari al-kulliyah, yaitu menyebutkan sebagian namun pada faktanya keseluruhan. Contohnya kalimat “seminggu ini saya tidak melihat batang hidung si fulan”. Maksud dari kalimat di atas adalah dalam seminggu ini saya tidak melihat fulan secara keseluruhan, bukan hanya batang hidungnya saja. Karena itulah kalimat di atas dinamakan kalimat majaz mursal ‘alaqatuhu al-juz’iyah karena menyebutkan sebagian namun faktanya keseluruhan.

3- Al-haliyah (الحالية) adalah kalimat yang menyebutkan keadaannya namun maksudnya adalah tempatnya. Contohnya adalah kalimat (إن الأبرار لفي نعيم) “sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebaikan berada pada kenikmatan”. Kata na’iim secara bahasa berarti kenikmatan yang menerangkan keadaan para penduduk surga, yaitu penuh kenikmatan. Karena itu kalimat ini dinamakan majaz mursal ‘alaqatuhu al-haliyah karena menyebutkan hal (keadaan): dalam kenikmatan, dengan maksudnya adalah tempat: surga.

4- Al-mahalliyah (المحلية) adalah kalimat yang menyebutkan tempat namun maksudnya adalah sesuatu yang ada di dalamnya. Misalnya perkataan واسأل القرية (tanyalah kampung itu) dengan maksud penduduk kampung, bukan kampung tersebut secara mutlak.

5- As-sababiyah (السببية) adalah kalimat yang menyebutkan sebabnya namun yang dimaksudkan adalah hasilnya, contohnya adalah kalimat "si fulan mempunyai tangan (jasa) di sisiku". Kata tangan, mempunyai makna jasa, karena tangan menjadi sebab bagi jasa. Misalanya dengan tangan seseorang memberi, menjaga, mengasihi, dll.

6- Al-musabbabiyah (المسببية) adalah kalimat yang menyebutkan hasilnya dan yang dimaksudkan adalah sebabnya. Misalnya kalimat "Allah menurunkan rejeki dari langit". Maksudnya adalah Allah menurunkan hujan dari langit, karena hujan adalah sebab adanya rejeki. Dengan hujan tumbuh-tumbuhan menjadi subur dan dengan itu kehidupan menjadi hidup.

7- i'tibar ma kana (اعتبار ما كان) adalah menyebutkan bentuk yang telah lalu namun maksdunya adalah yang ada sekarang. Misalnya adalah kalimat "berikanlah kepada anak yatim harta mereka".

Kata yatim dalam bahasa arab dimaknai hanya untuk anak-anak, maka ketika sudah besar tidak lagi disebut yatim. Artinya pada kalimat contoh di atas adalah "berikan harta anak yatim ketika mereka sudah besar". Hal itu dikarenakan ketika kita memberikannya saat ia masih kecil, ia masih belum tahu cara mengaturnya dan akan habis dihamburkannya.

8- i'tibar ma sayakun (اعتبار ما سيكون) adalah menyebutkan kejadian yang akan datang namun faktanya belum terjadi, kebanyakan dalam bentuk doa. Misalnya ketika seorang guru berkata kepada muridnya "wahai doktor, tolong hapus papan tulis ini". Kebanyakan kalimat di atas dimaksudkan doa semoga anak itu menjadi doktor di masa yang akan datang, bukan guru itu betul-betul menyuruh doktor hanya untuk sekadar menghapus papan tulis.

Itulah sedikit materi tentang majaz mursal dan beberapa 'alaqahnya, dapat disimpulkan bahwa majaz mursal adalah penggunaan suatu kata untuk makna yang bukan asli, dan diikat dengan beberapa 'alaqahnya.

Jika ada pertanyaan atau tambahan silahkan di kolom komentar ya. Syukran. El-fath.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

 Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam

At-thibaq dan Al-muqabalah

أدوات الشرط (Instrumen Kalimat Syarat)