أدوات الشرط (Instrumen Kalimat Syarat)


Kalimat bersyarat  dalam bahasa arab terdiri dari tiga unsur, pertama adalah adat syart (instrumen kalimat syarat), kedua fi’lu asy-syart (kata kerja syarat) dan terakhir jawab asy-syart (jawaban atau akibat dari kata kerja syarat). Contohnya adalah من يذكرْ ينجحْ (siapa saja yang belajar, pasti sukses), dengan rincian man adalah adat asy- syart (isntrumennya), kemudian yadzkur adalah fi’lu asy-syart  (kate kerja yang menyaratkan) dan yanjah adalah jawab asy-syart (akibat/ hasil dari kata kerja tersebut).

Adapun adawaat asy-syart adalah instrumen atau alat-alat  -dalam sebuah bahasa-  yang digunakan pada kalimat bersyarat, seperti jika, bila, kalau, dll (dalam bahasa Indonesia). Dalam bahasa arab, adawat asy-syart dibagi menjadi dua, yaitu jazimah (menjazamkan fiil setelahnya) dan ghairu jazimah (tidak menjazmkan).

Maksud dari adawat asy-syart jazimah adalah jika adawat tersebut bertemu dengan fi’il setelahnya, maka fi’il tersebut akan menjadi jazm. Kemudian juga adawat asy-sart terbagi menjadi dua macam, pertama adalah jazimah li fi’lin wahid (men-jazm-kan satu fi’il) dan kedua jazimah li fi’lain (men-jazm-kan dua fi’il).
Berikut adalah beberapa adawat jazimah li fi’lin wahid (instrumen yang men-jazm-kan satu fi’il.

1-      لم (lam), lam mempunyai arti tidak, namun dalam  bahasa arab mempunyai faidah (makna) menafikan masa lalu, artinya mulai saat ini dan seterusnya ke belakang ”tidak”, tetapi belum tentu kedepannya, berbeda dengan lan yang menafikan ke masa depan.  Contoh fi’il yang di-jazm-kan setelah adanya huruf lam adalah لمْ يسافرْ سيد إلى بلده بالأمس (sayyid tidak pergi ke kampungnya kemarin).

2-      لمّا  (lamma), mempunyai arti belum, artinya waktu sebelum hingga saat ini belum dilakukan dan akan dilakukan setelah ini. Contohnya adalah لمّا أسافرْ إلى بلدي وسأسافر غدا (saya belum pulang kampung dan saya akan pulang esok hari).

3-      لا  (lam an-nahiyah) lam larangan adalah lam yang digunakan untuk kata kerja berbentuk larangan, seperti contoh berikut ini. لا تكذبْ في حديثك  (janganlah berbohong pada kata-katamu).

4-      ل  (lam amr) adalah lam yang digunakan untuk memerintah sesuatu. Contohnya,  لينفقْ الأغنياء على الفقراء  (hendaknya para orang kaya menyedekahkan hartnya kepada para fakir miskin).
Berberda dengan adawat jazimah lifi’lin wahid, adawat jazimah lifi’lain (instrumen yang men-jazm-kan dua fi’il) maka akan menjazmkan dua fi’il setelahnya, berikut adalah sebagian contoh dari pembahasan ini.

1-      إن  (in) in bermakna “jika”, mempunyai fungsi mengikat antara jawab dan syart-nya, contohnya adalah إن تذهبْ، أذهبْ معك.  (jika kamu pergi, maka aku pun pergi).

2-      من (man) maknanya adalah “siapa saja” berfungsi untuk mensyarat hanya untuk yang mempunyai akal saja, contoh: من يجتهدْ يفزْ. (siapa saja yang bersungguh-sungguh, maka pasti akan sukses).

3-      ما- مهما (ma, mahma) bermakna “apapun” dan berfungsi untuk mensyarat yang tidak berakal, seperti مهما تعملوا يحاسبْكم الله (apapun yang engkau lakukan pasti akan dihisab oleh Allah).

4-      متى-أيان  (mata-ayyana) keduanya bermakna “kapan pun” dan fungsinya adalah untuk menyaratkan yang berhubungan dengan waktu. Contohnya, متى يسافرْ أسافرْ معك (kapanpun kamu siap pergi, aku akan pergi bersamamu).

5-      أين-أينما-حيثما-أنى (aina, ainama, haitsuma, anna) adalah bermakna “di mana pun” tentu kesemuanya mensyaratkan fi’il-fi’il yang berhubungan dengan tempat. Contohnya adalah أينما تجلسْ أكنْ بجوارك. (di mana pun kamu duduk, maka aku akan berada di samping kamu).

6-      كيفما  (kaifama) bermakna bagaimanapun, adawat ini berfungsi untuk mensyaratkan hal (keadaan) sesuatu. Contohnya adalah كيفما ينظرْ علي إلى السبورة، ينظرْ الطلاب مثله.  (bagaimanapun ali melihat ke papan tulis, maka siswa yang lain akan mengikutinya).

7-      أيّ (ayy) berfungsi untuk apa saja secara umum, baik waktu, tempat, keadaan, berakal maupun tidak.

Namun maklumat penting yang perlu diketahui di sini adalah seluruh adawat di sini adalah mabni (tidak berubah-ubah) terkecuali ayy ini, karena ayy merupakan mudhaafah (sesuatu yang dinisbatkan kepada yang lain). Contohnya adalah,  أيَّ كتاب قرأت أقرْأه.  (buku apa pun yang engkau baca, akupun telah membacanya), perhatikan ayy di sini. Ayy di sini berstatus nashab dikarenakan maf’ul dari kata kerjanya, sehingga dibaca ayya.
Berbeda dengan yang di atas, contoh ayy yang satu ini berstatus marfu’,  أيُّ رجل حضر أكرمْه. (siapapun yang hadir, maka akan aku hormati). Perhatikan pada kata ayy yang berstatus marfu’ ini, dibaca menjadi ayyu bukan ayya seperti sebelumnya.

Pembahasan berikutnya adalah adawat syart ghairu jazimah, artinya adawat ini tidak akan menjazmkan fi’il-fi’il setelahnya. Yuk coba kita lihat apa saja adawat tersebut.

1-      لو (lau) mempunyai makna “jika”, namun fungsi dari lau di sini adalah menafikan al-jawab dan untuk menafikan fi’lu asy-syart.  Contohnya adalah, لو تزوجت لأنجبت زوجتك الأبناء (jikalau kamu menikah, maka istrimu akan melahirkan anak-anak).

2-      لولا-لوما  (laula dan lauma) bermakna “jikalau bukan atau jikalau tidak” berfungsi menafikan al-jawab agar terwujudnya fi’lu asy-syart. Contohnya adalah, لولا رحمة الله لهلك الناس (jikalau bukan karena rahmat Allah, pasti sudah binasa seluruh manusia).

3-      إذا (idza) bermakna “jika”, mempunyai fungsi untuk mensyaratkan waktu yang akan datang. Contohnya, إذا مرضت الله يشفيك (jikalau engkau sakit, maka Allah akan menyembuhkanmu).

4-      كلما (kullama) bermakna “setiap kali atau semakin”, berfungsi untuk mensyaratkan kata keja yang telah lampau. Contohnya adalah, كلما ذاكرت فهمت كثير (setiap kali/semakin engkau banyak mengulang pelajaran, maka akan semakin banyak yang engkau faham).

5-      أما (amma) adalah adawat syart yang befungsi untuk mentafdhil (mengunggulkan satu diantara lainnya) contohnya adalah,  أحب كل الدرس أما درس النحو أكثر. (saya menyukai setiap pelajaran, namun pelajaran hanwu lah yang paling saya sukai.

Demikian, semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

 Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam

At-thibaq dan Al-muqabalah